Tulisan ini telah dipublish pada Jurnal Pedagogi FIP UNP tahun 2012
Penggunaan Pendekatan CTL untuk Meningkatan Proses dan Hasil Belajar Bernyanyi Peserta Didik Kelas III SD YPKK UNP
Desyandri, S.Pd.,M.Pd
Abstract
The
Usage of Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach to improve the process
and learning outcome of Singing to the Student Class III Elementary School YPKK
of Padang State University
A singing represents the part of
musical art that should be mastered by elementary student. Based on the
research result showed that the teacher
have been still using the conventional learning approach, the problem have
effect on the ability of student’s singing class III on Elementary School YPKK
of UNP was still lower. It was caused by teacher have not usage the learning
approach as according to the life and experience of observed students. The used
of contextual teaching and learning approach (CTL) represent on of teaching
approach is predictable can handle the weakness of teacher in teaching.
The method of this research used a
qualitative method by research design action research; it is done by
collaboration between researcher and teacher. This research was done into two
cycles where each cycle consists of planning, action, observation and
reflection. The resource of data in this research is teacher and student
directly involved in teaching, while the research instrument was researcher
self as key instrument. The collection of data was observation field noted and
interview, the analysis data was executed by using qualitative analysis model.
The result of this research showed
that contextual teaching and learning (CTL) approach have been used in learning
teaching to elementary student can improve the process and singing study result
of them in the class III of Elementary School YPKK UNP. The improvement have
been showed from the execution process of learning teaching which consist of
(1) early activity stage, 2) core task and final activity stage of teaching. To
the stage of teaching result, the teacher executed the evaluation process and
study’s achievement. The improvement of teaching process can be seen from the
result of study’s achievement in the first cycle with score 68,3 and the
improvement score to second cycle was about 79,3.
Keywords: Teaching, Learning,
Contextual, Music, Education, Improvement
A.
Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran bernyanyi dapat diberikan melalui pendekatan: “belajar
dengan nyanyian, belajar melalui nyanyian, dan belajar tentang nyanyian”. Bernyanyi
memiliki peranan dalam pembentukan kepribadian siswa yang harmonis dengan
memperhatikan tingkat perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan, antara
lain: kecerdasan musikal, kecerdasan kreativitas, dan kecerdasan emosional
(Depdiknas, 2006:612).
Bernyanyi adalah pembelajaran untuk memberikan
kesempatan untuk mengembangkan rasa keindahan pada diri siswa dengan mengalami
dan menghayati bunyi ungkapan nyanyian itu sendiri. Rasa terhadap keindahan ini
memberi kesadaran kepada siswa bahwa bernyanyi itu adalah bagian dari
kehidupan. Bernyanyi dapat mengembangkan
kepekaan siswa terhadap lingkungannya, dan siswa dapat menghargai serta
menikmati lagu tidak hanya menurut selera intelektualnya, tetapi juga melalui
selera seninya. Oleh karena itu proses pembelajaran bernyanyi
di Sekolah Dasar (SD) bukanlah pemberian cerita atau ceramah saja, akan tetapi
lebih banyak melalui kegiatan apresiasi dan mengekspresikan lagu.
Pembelajaran
bernyanyi akan menjadikan siswa memiliki perasaan yang tajam dan halus. Bernyanyi
yang identik dengan tatanan irama dan melodi, mempunyai potensi menggugah
fikiran dan kepekaan perasaan siswa, misalnya pada esensi penanaman nilai patriotisme,
pembentukan kepribadian, dan kedisiplinan. Hal ini merupakan pengembangan dari
teori kecerdasan yang dipaparkan oleh Gardner dalam Rose, (2002:59) yang
mengemukakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan menggubah atau
mencipta musik, dapat bernyanyi dengan baik, atau memahami dan mengapresiasi
musik, serta menjaga ritme.
Fenomena di lapangan terlihat bahwa proses
pembelajaran bernyanyi yang dilakukan guru di SD masih terkesan “meremehkan”
upaya memberikan pengalaman bernyanyi kepada siswa. Bahkan pembelajaran
bernyanyi diberikan kepada siswa hanya sebatas menghafal lagu atau menekankan
pada bagaimana siswa dapat memainkan satu alat musik, sedangkan pembelajaran
bernyanyi lebih menekankan kepada pemberian pengalaman dalam menguasai
unsur-unsur musik yang terdapat pada sebuah lagu. Sehingga siswa dapat
mengekspresikan lagu dengan baik dan benar dan sesuai dengan karakteristik
kemampuan bernyanyi siswa.
Fenomena
tersebut di atas dikuatkan lagi oleh observasi yang dilakukan pada saat studi
pendahuluan terhadap proses pembelajaran bernyanyi di kelas III semester 2 SD
YPKK Universitas Negeri Padang hari Kamis tanggal 22 April 2010, bahwa
pembelajaran bernyanyi yang dilakukan oleh guru pada umumnya kurang sesuai dan
belum merujuk pada KTSP dan juga belum menuju ke arah pembelajaran bernyanyi
yang bermakna dan menyenangkan, serta guru terkesan masih menggunakan paradigma
pembelajaran konvensional, terutama metode ceramah atau tanya jawab pada setiap
pembelajaran. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang bergiliran
untuk minta izin keluar kelas.
Pembelajaran bernyanyi yang telah dilakukan guru belum
maksimal dan guru mengeluhkan (1) tingkat kemampuan siswa yang rendah dalam
bernyanyi, (2) langkah pembelajaran yang dilakukan belum tepat , (3) tujuan
pembelajaran yang dirumuskan belum terlaksana, (4) siswa bernyanyi belum sesuai
dengan ketukan dan irama lagu, (5) siswa bernyanyi secara individual dan tidak
mempedulikan temannya, dan (6) pembelajaran yang dilakukan guru belum
meningkatkan motivasi siswa sehingga siswa merasa cepat bosan.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan guru secara keseluruhan belum maksimal dan proses pembelajaran
masih menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional yang didominasi oleh ceramah, serta guru hanya mencontohkan
sebuah lagu, kemudian siswa mengulang atau menirukan kembali lagu yang
dinyanyikan guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dan
menyenangkan dalam pembelajaran bernyanyi. Akibatnya, siswa terlihat bosan yang
diindikasikan dengan adanya beberapa siswa yang meletakkan kepalanya di atas
bangku, siswa sering minta izin ke luar kelas.
Pembelajaran yang dilakukan belum mengaitkan
pengalaman yang telah dimiliki siswa dalam bernyanyi pada kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa belum diberikan kesempatan untuk mengkonstruk
sendiri pengetahuan yang diperolah (konstruktivisme), siswa belum diberikan
kesempatan untuk menemukan nada dan irama lagu dengan tepat dan benar yang
sesuai dengan tempo dan ekspresi lagu (inkuiri), pertanyaan yang diberikan guru
belum menggiring siswa untuk memantapkan materi pelajaran bernyanyi dan belum
memunculkan berpikir kritis (tanya jawab), dalam komunitas belajar yang
dilakukan masih sebatas membagi siswa menjadi beberapa kelompok tanpa
memberikan kesempatan kepada siswa berkomunikasi, membagi pengaman, dan gagasan
(komunitas belajar), guru hanya menirukan irama dan lagu secara keseluruhan dan
belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk dan menemukan
konsep bernyanyi dari latihan yang mereka lakukan (pemodelan), guru masih
mendominasi dalam menyimpulkan pembelajaran (refleksi), hasil belajar bernyanyi
siswa masih didominasi oleh penilaian hasil. Guru terlihat mengabaikan
penilaian terhadap proses yang dilakukan siswa.
Berdasarkan fenomena-fenomena dan permasalahan
pembelajaran yang dihadapi di atas, diyakini dapat diatasi dengan menggunakan suatu
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kepekaan rasa, apresiasi, dan
ekspresi siswa dalam bernyanyi dengan melaksanakan langkah pembelajaran
beryanyi yang benar sesuai dengan karakteristik siswa, khususnya kelas III SD. Penulis telah menganalisis beberapa
pendekatan pembelajaran yang sesuai dan relevan dengan bidang kajian pembelajaran
bernyanyi dan menjatuhkan pemilihan pada pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL). Pemilihan ini dilakukan dengan alasan bahwa pelajaran
pembelajaran bernyanyi di SD
bukan untuk menuntut siswa menghafalkan lebih banyak lagu akan tetapi lebih
ditekankan pada proses dalam upaya untuk menguasai materi dan meningkatkan
kemampuan dalam bernyanyi, seperti
penghayatan wirama, wirasa, dan wiraga, serta dilanjutkan dengan pencarian dan
penemuan makna dari proses pembelajaran tersebut, sehingga siswa dapat
mengaplikasikan makna tersebut dalam kehidupan pribadi, sosial, dan budaya
mereka.
Johnson, (2007:67) mengemukakan bahwa pendekatan CTL
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat
makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan
subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu
dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
B. Landasan Teoritik
1.
Hakekat Seni Musik
a. Pengertian Seni Musik
Rien (1999:1) mengemukakan tentang seni musik yang
merupakan suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu
irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, dan ekspresi.
Menurut Jamalus
(1988:1) seni musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau
komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui
unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi,
harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu
atau komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan
dengan menggunakan suara (nyanyian) atau dengan alat-alat musik.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
seni musik merupakan karya yang dihasilkan oleh manusia melalui ungkapan
pikiran dan perasaan yang disalurkan melalui unsur-unsur musik dengan
menggunakan media suara atau alat musik yang mengandung nilai estetika.
b. Fungsi dan Sifat Seni Musik
Menurut Rien
(1999:1) bahwa seni musik mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
seorang siswa. Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan seni musik, selain
dapat mengembangkan kreativitas, musik juga dapat membantu perkembangan
individu, mengembangkan sensitivitas, membangun rasa keindahan, mengungkapkan
ekspresi, memberikan tantangan, melatih disiplin dan mengenalkan siswa pada
sejarah budaya bangsa mereka.
Merriam
(1964:219) mengemukakan secara garis besar musik mempunyai sepuluh (10) fungsi
musik antara lain: (1) mengungkapkan emosi; (2) penghayatan estetis; (3)
hiburan; (4) komunikasi; (5) perlambang; (6) reaksi jasmani; (7) yang terkait
dengan norma-norma sosial; (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara-upacara agama;
(9) kesinambungan budaya; (10) pengintegrasian masyarakat.
Seni musik mempunyai fungsi untuk mengembangkan
kepribadian siswa melalui seni musik yang mereka pelajari, dan siswa dapat
mengimplementasikan makna yang terdapat pada proses penguasaan musik, seperti
konsentrasi, keteraturan, kepekaan perasaan terhadap lingkungan, toleransi
antar sesama, disiplin, kontrol emosi, nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat
yang berbudaya.
2.
Bernyanyi
a. Pengertian
Rien (1999)
mengemukakan bahwa bernyanyi adalah salah satu kegiatan musikal yang sangat
dianjurkan pada pembelajaran seni di SD. Berdasarkan penelitian para ahli
perkembangan anak mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar (5 sampai 12 tahun)
sangat menyukai kegiatan bernyanyi. Untuk bernyanyi dengan baik, diperlukan
pengetahuan dan latihan-latihan, seperti sikap tubuh yang baik, cara bernafas,
cara mengucapkan, dan cara mengembangkan kemampuan bernyanyi.
b. Teknik Vokal
Teknik vokal merupakan cara yang digunakan untuk
menghasilkan suara yang indah. Hal yang termasuk teknik vokal adalah (1) sikap
badan; bernyanyi dapat dilakukan dengan sikap badan berdiri maupun duduk dengan
posisi tegak, rilek, dan bebas sehingga tidak mengganggu suara, (2) pernafasan;
untuk menghasilkan suara yang indah diperlukan mengatur pernafasan dengan cara
mengambil udara sebanyak-banyaknya, ditahan sejenak, dan dikeluarkan dengan
sangat hemat dan penuh kesadaran, (3) pengucapan; suara yang dikeluarkan diolah
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan suara yang bulat seperti membuka
mulut, posisi lidah lemas dan tidak kaku, (4) resonansi; membuat suara menjadi
bergema dengan memanfaatkan rongga mulut; (5) artikulasi; lirik lagu
dinyanyikan dengan kata-kata yang jelas dan pemenggalan kata yang tepat, dan
(6) penjiwaan; mengekspresikan lagu sesuai dengan makna lagu.
Teknik vokal dapat dilakukan dengan proses latihan
yang dilakukan secara berulang-ulang sampai setiap unsurnya dapat bekerja
dengan maksimal yang nantinya akan berdampak pada vokal yang indah.
c. Karakteristik Suara Siswa
Setiap siswa memiliki suara yang khas yang
dinamakan dengan ”suara anak” dengan karakteristik tertentu, seperti murni,
ringan, dan jernih. Seiring dengan hal tersebut pembelajaran dimulai dengan
latihan teknik bernyanyi yang baik dan benar, serta bernyanyi dengan wajar
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Secara lebih khusus karakteristik suara siswa
kelas III SD dapat dikategorikan ke dalam karakteristik suara anak dengan usia
8 – 9 tahun, yakni (1) dapat bernyanyi dengan nada dan tempo yang tepat, (2)
siswa perempuan bersuara ringan dan tipis dan anak laki-laki mulai memiliki
suara yang beresonansi, (3) siswa dapat menyayikan lagu secara susul-menyusul (canonic), dan lagu dua suara, (4) dapat
bernyanyi dengan ekspresif, seperti hentakan, mengalir, dan tegas, (5) dapat
menyanyikan ritme yang lebih rumit, (6) menyukai tema lagu tentang petualangan,
cinta negeri, dan tempat-tempat di berbagai negara lain, (7) dapat membedakan
akor melalui pendengaran.
Berdasarkan karakteristik suara anak yang
dikemukakan di atas dan digabungkan dengan pengalaman peneliti dalam melatih
anak-anak setingkat siswa SD dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
bernyanyi yang dilakukan di SD tidak menjadikan siswa sebagai penyanyi dan pembelajaran
berlangsung dengan wajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan
karakteristik suara siswa SD.
3.
Pendekatan
CTL
a. Pengertian
Menurut Nurhadi (2002:5) menyatakan bahwa:
Pembelajaran
konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya.
CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung. Selain itu, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata.
Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan. Bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagai mana materi pelajaran itu dapat mewarnai
prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Komponen CTL
Nurhadi
(2004:33-53) mengemukakan komponen pembelajaran dengan pendekatan CTL meliputi:
1) Konstruktivisme (constructivism): Konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun
dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan
tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi
pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak
siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
2)
Penemuan (inquiry): Penemuan merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/konsep yang
bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab,
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
3)
Bertanya (questioning): Konsep ini merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru
maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, dan
menggiring siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sedangkan pertanyaan siswa
merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan
siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas.
4) Masyarakat belajar (learning community): Masyarakat belajar adalah kelompok belajar
atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman
dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau
kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.
Proses
pembelajaran bernyanyi memungkinkan terjadinya masyarakat belajar seperti
bernyanyi secara bersama-sama yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan
teman-temannya. Mereka saling berbagi satu sama lain, saling tenggang rasa,
membuat keharmonisan antar sesama, sehingga mereka dapat menyanyikan lagu
sederhana dengan kompak dan sesuai dengan aturan musik yang mengandung nilai
estetika.
5) Pemodelan (modelling): Konsep ini merupakan kegiatan mendemontrasikan
suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai
dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn
(cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model tetapi dapat juga diambil dari siswa
berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Pemodelan
dalam bernyanyi sangat banyak, diantaranya (1) guru yang mendemonstrasikan
bagaimana cara bernyanyi yang baik, (2) melibatkan siswa yang kemampuan
bernyanyinya lebih baik atau mempunyai prestasi dalam bernyanyi, (3)
mendatangkan pakar atau penyanyi yang sudah berpengalaman.
6) Refleksi (reflection): Refleksi yaitu melihat kembali atau merespon suatu
kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal
yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu
tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang
apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan
saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Guru
membimbing siswa dengan bertanya tentang apa yang sudah dipelajari, sehingga
akan membantu siswa mengingat kembali pengalaman yang telah mereka lakukan
terhadap pengidentifikasian simbol-simbol nada pada lagu sederhana.
7) Penilaian otentik (authentic assessment): Prosedur penilaian yang didapatkan dari proses pengumpulan data yang
memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan proses pembelajaran
sampai siswa dapat menemukan
makna dari proses pembelajaran. Penilaian yang menunjukkan kemampuan
(pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian
otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu
mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode,
kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan
berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.
4.
Langkah Pembelajaran Bernyanyi dengan
Menggunakan Pendekatan CTL.
Langkah-langkah
pembelajaran bernyanyi dengan menggunakan pendekatan CTL dapat dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
Tahap
Kegiatan Awal
a. Membuka skemata siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang pengalaman sehari-hari siswa terhadap lagu anak-anak
(Bertanya)
b. Mendengarkan lagu model dengan menggunakan
tape recorder (Pemodelan)
c. Siswa
mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran bernyanyi.
Tahap Kegiatan Inti
d. Siswa berdiskusi tentang makna atau pesan
yang terdapat pada lagu (komunitas belajar)
e. Siswa mempresentasikan laporan diskusi
kelompok dan melakukan tanya jawab yang dibimbing oleh guru (bertanya dan
komunitas belajar)
f.
Siswa
memperhatikan media notasi lagu yang dipajangkan oleh guru di depan kelas dan
guru membimbing siswa dengan melakukan kegiatan tanya jawab seputar media
pembelajaran (Bertanya)
g. Siswa mengidentifikasi simbol nada yang
terdapat pada lagu model yang dipajangkan di depan kelas (Inkuiri)
h. Siswa mendengarkan penjelasan singkat yang
diberikan oleh guru tentang cara bernyanyi yang baik dan guru memberikan
pertanyaan kepada siswa. (Bertanya)
i.
Siswa
menemukan metode bernyanyi
sederhana dari hasil tanya jawab yang dilakukan (Inkuiri)
j.
Siswa
bersama guru mencontohkan cara menyanyikan lagu model secara klasikal
(pemodelan dan kemunitas belajar)
k. Siswa melakukan latihan pemanasan (warming up) dengan membunyikan vokal A,
I, U, E, O dengan nada-nada panjang. Guru membimbing siswa dalam membunyikan
vokal dan melakukan pemanasan ini secara berulang-ulang hingga siswa dapat
mengeluarkan suara dengan jelas dan lantang (pemodelan dan inkuiri)
l.
Setelah
berlatih mengeluarkan vokal dengan nada-nada panjang, siswa melanjutkan latihan
membunyikan solmisasi dengan potongan-potongan notasi sederhana (pemodelan)
m. Siswa menyanyikan lagu model secara
klasikal yang dipandu oleh guru (pemodelan dan komunitas belajar)
n. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dan
dibagikan satu kalimat lagu perkelompok dengan notasi dan teks lagu dengan
bimbingan guru (inkuiri, komunitas belajar, dan pemodelan)
o. Siswa mengajukan pertanyaan tentang cara
membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu yang dibagikan (bertanya)
p. Siswa menampilkan lagu secara perkelompok
( komunitas belajar)
Tahap Kegiatan Akhir
q. Siswa bersama guru menyimpulkan
pembelajaran (refleksi)
r.
Siswa
bersama guru memantapkan pemahaman tentang cara menyanyikan lagu dengan tempo
yang sesuai (konstruktivisme).
C. METODOLOGI PENELITIAN
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
bertujuan untuk mendapatkan data-data tentang hasil belajar dan penilaian
bernyanyi siswa, dan pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini
menggunakan latar alamiah. Dengan kata lain data penelitian ini diambil dari
proses pembelajaran yang betul-betul objektif dan tidak dikondisikan.
Pendekatan kualitatif juga bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang pelaksanaan
proses dan hasil belajar benyanyi siswa. Pendekatan ini digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data dari
proses observasi, catatan lapangan, wawancara.
b. Jenis
penelitian
Penelitian yang
akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan (Action
Research). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas ini juga merupakan pengkajian
terhadap masalah praktis dan bersifat situasional dan kontekstual yang
ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka memecahkan
permasalahan yang dihadapi atau meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada proses pembelajaran pendidikan seni musik dengan menggunakan pendekatan
CTL.
D.
Pembahasan
Pembahasan
hasil penelitian ini dilakukan dengan mengaitkan refleksi, temuan penelitian
dengan teori yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
bernyanyi. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa
penelitian ini difokuskan pada peningkatan proses pembelajaran dan hasil
belajar bernyanyi dengan menggunakan pendekatan CTL bagi siswa kelas III SD
YPKK UNP. Proses pembelajaran bernyanyi dilaksanakan 3 tahapan pembelajaran,
yakni: (1) tahap kegiatan awal, (2) tahap kegiatan inti, dan (3) tahap kegiatan
akhir. Sedangkan hasil belajar bernyanyi yang diperoleh siswa merupakan
penggabungan penilaian proses dan penilaian penampilan bernyanyi.
1.
Peningkatan Proses Pembelajaran
dengan Menggunakan Pendekatan CTL
a. Tahap Kegiatan Awal.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan pada bagian paparan data penelitian dalam pembelajaran
pada tahap kegiatan awal, pembahasan difokuskan pada kegiatan yang mengaitkan
pengalaman bernyanyi siswa pada kehidupan sehari-hari. Hal ini diungkapkan
dengan melakukan kegiatan tanya jawab dan sekaligus kegiatan untuk membuka
skemata siswa tentang topik pelajaran yang akan dipelajari, kegiatan
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mendengarkan lagu model dengan bantuan tape recorder untuk mengingatkan siswa
tentang lagu yang akan dipelajari.
Pembelajaran
dilakukan dengan membangkitkan skemata siswa, membimbing siswa dengan menjawab
pertanyaan guru tentang pengalaman siswa dalam bernyanyi pada kehidupan
sehari-sehari yang dikaitkan topik pembelajaran yang akan dipelajari pada tahap
kegiatan inti.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang dilakukan guru sangat
terbukti membantu siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Strategi yang dimaksud
yaitu membuka skemata siswa dan mengaitkan dengan topik pembelajaran dengan
cara mengajukan pertanyaan tentang pengalaman bernyanyi yang pernah dilakukan
oleh siswa, membimbing siswa menjawab pertanyaan dengan melakukan
penyederhanaan pertanyaan tentang pengalaman siswa. Apalagi sewaktu siswa
mendengarkan lagu model yang menjadikan siswa menjadikan siswa lebih
bersemangat dan termotivasi untuk mempelajari lagu atau topik pembelajaran.
Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran bernyanyi.
Temuan penelitian yang pertama tentang komponen bertanya (questioning) yang digunakan guru untuk
mengaitkan pengalaman bernyanyi yang pernah dilakukan siswa pada kehidupan
sehari-hari dapat membuka skemata mereka tentang pembelajaran bernyanyi. Temuan
penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diberikan pertanyaan tentang pengalaman
yang pernah mereka alami dalam bernyanyi pada kehidupan sehari-hari, membuat
mereka ingat kembali tentang pengalaman siswa sebelumnya dan akhirnya menreka
dapat mengkonstruk sendiri konsep-konsep bernyanyi secara sederhana. Kemampuan
ini penting untuk dikembangkan sebelum tahap kegiatan inti dilaksanakan karena
dengan mengingat kembali apa yang pernah dialami siswa, dimungkinkan untuk
dapat menghubungkan pengetahuan latar atau pengetahuan awal mereka dengan topik
pembelajaran yang akan dibicarakan pada kegiatan inti.
Pengajuan
pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman siswa sehari-hari berkaitan dengan
topik pembelajaran seperti cara bernyanyi, perasaan atau ekspresi ketika
menyanyikan lagu, suasana senang dan gembira, pesan atau makna yang terdapat
dalam lagu, bahkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari menyanyikan sebuah
lagu, dan pengalaman-pengalaman lainnya. Skemata siswa dikaitkan dengan topik
pembelajaran. Kegiatan ini terutama dilakukan untuk mengaitkan antara
pengalaman, dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan topik yang akan
dibahas pada tahap kegiatan inti dalam rangka memperoleh konsep tentang
bernyanyi dengan baik dan benar.
Temuan penelitian kedua, adalah membangkitkan skemata siswa
pada tahap kegiatan awal pembelajaran sangat bermakna untuk membangun
pengetahuan atau konsep tentang bernyanyi dengan baik dan benar yang akan
dibahas. Melalui membangkitkan skemata, siswa akan mengembangkan dan mendapat
informasi yang kemudian mengklasifikasikan informasi baru, skemata anak makin
berkembang, kemampuan mengklasifikasikan mereka juga ikut berkembang. Siswa
bisa membedakan antara satu konsep dengan konsep lain. Kondisi ini akan
mengurangi kertergantungan siswa pada penjelasan guru dan memperoleh skemata
secara terus menerus dan akhirnya menerima skemata yang semakin kompleks.
Temuan penelitian ketiga, adalah dalam proses penyampaian
tujuan pembelajaran. Siswa tidak merasa bingung tentang pelajaran yang akan
mereka ikuti. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran menjadikan siswa mengetahui
batasan-batasan ataupun kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini akan sangat
membantu siswa dalam membahas suatu pelajaran.
b. Tahap Kegiatan Inti.
Hasil
penelitian pada tahap kegiatan inti dapat dilihat dari segi siswa maupun guru.
Dari segi siswa berkenaan dengan aktivitas bertanya yang dilakukan siswa pada
pembelajaran tahap kegiatan inti terhadap pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan bernyanyi dengan menggunakan pendekatan CTL baik siklus I maupun
siklus II penelitian ini. Dari segi guru berkenaan dengan keterlibatan guru
dalam memberikan latihan bernyanyi dan melakukan pembimbingan dalam memberikan
pertanyaan penuntun pada pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi
siswa dengan menggunakan pendekatan CTL. Pada waktu tertentu guru bertanya kepada
siswa tentang apa yang dilakukan. Pada umumnya siswa mampu menjawab pertenyaan
guru sesuai dengan pertanyaan tentang topik yang akan dibahas dalam kelas.
Temuan penelitian pertama, penggunaan komponen inkuiri dapat
dibentuk dengan latihan pemanasan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dengan
melakukan latihan pemanasan secara bertahap dan berulang-ulang akan membantu
siswa dalam menemukan perbedaan ketinggian masing-masing nada. Sehingga akan
memudahkan siswa dalam mengidentifikasi dan menyanyikan notasi serta irama lagu
dengan baik dan benar sesuai dengan tempo dan ekspresi lagu.
Pada
bentuk lain komponen inkuiri dapat dilakukan oleh siswa dalam menemukan konsep
bernyanyi secara sederhana setelah mendengarkan penjelasan singkat yang
diberikan oleh guru dan melakukan kegiatan tanya jawab untuk pemantapan
pemahaman tentang konsep bernyanyi.
Proses
inkuiri ini juga dibantu oleh kegiatan pemodelan atau pencontohan lagu yang
dilakukan oleh guru. Sehingga mempermudah siswa dalam latihan untuk menemukan
cara bernyanyi yang baik dan benar, dan dapat menghubungkan simbol nada dengan
kecepatan (tempo) lagu. Sehingga lagu dapat diekspresikan dengan tepat dan
sesuai dengan makna atau pesan yang terdapat pada lagu.
Langkah-langkah
tersebut sudah bisa dilakukan oleh siswa kelas III SD. Hal ini tentu didasarkan
kepada tingkat perkembangan dan penguasaan siswa terhadap bernyanyi.
Pembelajaran bernyanyi diberikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian siswa berdasarkan latihan yang dilakukan.
Temuan penelitian kedua, penggunaan komponen komunitas
belajar (learning community) merupakan
komponen yang termasuk dominan digunakan pada proses pembelajaran bernyanyi.
Latihan bernyanyi secara berkelompok menjadikan siswa lebih percaya diri dalam
menyanyikan lagu dan membangkitkan efek rasa siswa terhadap lagu yang
dinyanyikan. Apa lagi latihan dilakukan secara berulang-ulang hingga siswa
dapat menghubungkan antara tempo dengan lagu yang dinyanyikan. Pada akhirnya
siswa akan mudah mengekspresikan atau menjiwai lagu. Pada bagian lain komunitas
pembelajaran ini akan memberikan pengalaman dan pemahaman kepada siswa tentang
sosialisasi dalam berkelompok. Sehingga siswa dapat memahami perbedaan
rasamusikalitas masing-masing siswa, dan tidak menjadikan hal tersebut menjadi sesuatu
yang harus dipermasalahkan. Akan tetapi bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan tentang berlatih dengan baik.
Kerja
kelompok yang dilakukan oleh siswa dimaksudkan agar siswa terbiasa saling
memberikan tanggapan dan menerima pendapat orang lain dengan bahasa yang
komunikatif. Kegiatan kerja kelompok merupakan salah satu cara membentuk
komunitas belajar (learning community)
yang memungkinkan siswa melakukan komunikasi multi arah, baik itu dalam
kelompok besar maupun kelompok kecil, melakukan latihan bernyanyi secara
bersama-sama dalam satu kelas.
Hasil
penelitian menunjukkan melalui kerja kelompok siswa dapat menyesuaikan cara
bernyanyi masing-masing individu dengan bernyanyi secara berkelompok. Dengan
efek rasa yang mereka miliki, siswa akan dapat merasakan kesalahan mereka dalam
bernyanyi. Siswa akan memperbaiki kesalahan yang diperbuat ketika bernyanyi.
Sehingga siswa dapat menyanyikan lagu dengan ketinggian nada (pitch), kesesuaian tempo, dan penjiwaan
yang tepat dan benar.
Temuan penelitian ketiga adalah penggunaan komponen
pemodelan (modelling) yang dilakukan
oleh siswa dan guru dalam berlatih bernyanyi. Daya tangkap siswa terhadap
nyanyi yang dimodelkan menjadikan siswa dapat memperhatikan dan menirukan
dengan konsentrasi yang tinggi, dan dari proses berlatih yang sesuai dengan
metode bernyanyi yang baik dan benar sekaligus menjadikan siswa lebih mudah
mengikuti dan memahami pemodelan yang dilakukan. Apalagi lagu model yang
digunakan adalah lagu yang sangat dekat dengan nyanyian yang disukai dan sering
dinyanyikan oleh siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini akan
membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari lagu ini. Hampir keseluruhan
siswa mengetahui lagu model yang dipelajari.
Temuan
ketiga ini sangat sesuai dengan proses pembelajaran seni musik khususnya
bernyanyi yang menekankan pada pemberian pengalaman musik/bernyanyi siswa untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa dapat mempelajari dan memahami konsep
musik/bernyanyi secara baik dan benar.
Temuan penelitian keempat, adalah penggunaan komponen
bertanya (questioning). Peningkatan
proses pembelajaran bernyanyi dapat dilakukan guru dengan mengajukan beberapa
pertanyaan seperti pertanyaan untuk membantu pemahaman siswa terhadap topik
pelajaran yang dibahas, dan pertanyaan untuk melakukan pematapan terhadap
konsep bernyanyi sederhana bagi siswa. Pertanyaan juga diberikan guru sewaktu
siswa mengadakan latihan berkelompok agar siswa berlatih sesuai dengan aturan
bernyanyi yang baik dan benar. Pertanyaan pemahaman yang dilakukan guru antara
lain berhubungan kegiatan membandingkan, mengklasifikasikan atau memasukkan
informasi yang terkemuka ke dalam tabel, seperti yang dilakukan siswa ketika
melakukan diskusi tentang makna lagu dan sikap yang harus dimiliki siswa
setelah menyanyikan lagu. Pada fase bertanya siswa juga menunjukkan jawaban
yang bervariasi tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan guru.
Temuan penelitian kelima, berhubungan dengan penggunaan
komponen CTL dalam kegiatan refleksi (reflection).
Kegiatan yang dilakukan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran baik dalam
mencatat hasil atau kesimpulan diskusi yang dilakukan maupun mencatat rangkuman materi yang telah
dipelajari dapat dikategorikan kepada kegiatan refleksi. Siswa dapat
mengkomunikasikan pengetahuan yang didapatnya dari proses pembelajaran. Siswa
berfikir tentang apa yang telah dipelajarinnya kemudian memindahkan pikiran
tersebut ke dalam buku catatan. Guru mendorong siswa untuk menyimpulkan sendiri
dan mengkomunikasikannya dengan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Temuan penelitian keenam, adalah penggunaan komponen
konstrukstivisme (construktivism). Proses untuk mengkonstruk sendiri
pengetahuan siswa terhadap pembelajaran bernyanyi didapatkan dengan bantuan penggunaan
komponen CTL lainnya, seperti inkuiri, bertanya, komunitas belajar, pemodelan,
dan komponen refleksi. Dengan perkataan lain konstruktivisme didapatkan setelah
siswa mendengarkan penjelasan, mengalami dengan melakukan latihan, merasakan
perbedaan ketinggian nada, melakukan latihan, menampilkan, dan merefleksi
pembelajaran yang telah dilakukan, serta siswa dapat mengkomunikasikan
pengetahuan yang mereka perdapat.
Temuan ketujuh, berhubungan dengan penilaian
otentik. Penilaian yang dilakukan guru terdiri dari penilaian proses dan
penilaian penampilan bernyanyi. Penilaian yang dilakukan saat proses
pembelajaran berlangsung dengan membuat lembaran observasi berupa
catatan-catatan kecil (anecdotal record)
tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa. Misalnya keseriusan,
partisipasi, keaktivan, dan kreativitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan
menemukan konsep-konsep bernyanyi yang baik dan benar, dalam meningkatkan
kemampuan bernyanyi siswa. Selain itu guru juga mengumpulkan hasil pengamatan siswa
yang berupa pengerjaan individu maupun kelompok yang berupa hasil pekerjaan.
c.
Tahap Kegiatan Akhir.
Temuan penelitian pertama, pembelajaran tahap kegiatan akhir,
temuan berkaitan dengan pertanyaan guru. Dalam pelaksanaan tindakan
pembelajaran tahap kegiatan awal, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan pengalaman siswa tentang bernyanyi untuk membangkitkan skemata
siswa terhadap topik yang akan dipelajari, pada tahap kegiatan inti, guru juga
mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemahaman agar siswa lebih memahami
konsep bernyanyi secara baik dan benar, sedangkan pada tahap kegiatan akhir
guru juga memberikan beberapa pertanyaan yang dimaksudkan untuk lebih
memantapkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap simbol nada, menghubungkan
tempo dengan lagu, dan mengekspresikan lagu secara tepat dan benar.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan yang diberikan pada tahap kegiatan
akhir pembelajaran dapat menjadi alat untuk memperjelas pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tentang cara bernyanyi yang baik dan
benar, seperti simbol nada, menghubungkan tempo dengan lagu, dan
mengekspresikan lagu.
Temuan kedua, berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang dilakukan guru pada tahap kegiatan akhir pembelajaran. Guru menggunakan
metode diskusi kelas dalam proses refleksi pembelajaran. Refleksi pembelajaran
yang dilakukan sudah dapat dinilai cukup efektif. Guru berperan sebagai
pemimpin diskusi yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian menampung
pendapat-pendapat yang dikemukakan siswa. Menyimpulkan dan memberikan
pemantapan selama pelaksanaan tindakan.
Kegiatan
pembelajaran pada tahap akhir dengan metode diskusi pada awalnya tidak berjalan
secara efektif. Ada kecenderungan siswa menjawab secara serentak, akibatnya
situasi kelas menjadi ribut dan tidak kondusif, dan guru merasa kesulitan dalam
pengelolaan kelas. Kondisi ini disesbabkan karena guru tidak membiasakan siswa
untuk berbicara dengan cara mengacungkan tangan. Perbedaan pendapat secara
individu tidak terlihat.
Pada
pembelajaran berikutnya guru melakukan pembenahan dan perbaikan strategi dalam
memimpin diskusi. Guru menerapkan sistem antri dalam memberikan jawaban ataupun
memberikan tanggapan. Kegiatan lain yang diberikan guru adalah dengan
mencontohkan cara mengacungkan tangan. Pada siklus II siswa mulai dapat
memberikan pendapat mereka dengan mengacungkan tangan secara bergantian,
sehingga proses diskusi yang dilakukan dapat berlangsung dengan tertib.
Berdasarkan pengamatan ketika siswa berdiskusi, pada umumnya siswa belum mampu
untuk memberikan tanggapan terhadap pendapat yang diberikan oleh siswa lain.
2.
Peningkatan Hasil Belajar Bernyanyi
a. Penilaian Proses
Temuan penelitian adalah penggunaan penilaian proses dapat
meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran
bernyanyi dengan sunguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena penilaian proses
dapat membantu siswa untuk menentukan tingkat partisipasi dan penguasaan mereka
terhadap pelajaran yang dilakukan.
b. Penilaian Penampilan Bernyanyi
Temuan penelitian adalah penilaian penampilan bernyanyi yang dilakukan merupakan penilaian
yang menentukan tingkat kemampuan bernyanyi siswa. Dengan diperolehnya data
tentang penilaian penampilan bernyanyi siswa, guru dapat melakukan berbagai
kegiatan, seperti memberikan pengayaan bagi siswa yang kesulitan dalam
pembelajaran dan menunjukkan penilaian yang rendah, bahkan dapat dijadikan guru
sebagai titik tolak untuk meningkatkan penilaian.
Hasil
belajar bernyanyi siswa didapatkan dengan melakukan penggabungan penilaian
proses dengan penilaian penampilan bernyanyi setiap akhir siklus. Hasil belajar
bernyanyi siswa pada siklus I menunjukkan kualifikasi cukup, dan pada siklus II
menunjukkan peningkatan, yakni berada pada tingkatan kualifikasi baik.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
bernyanyi dengan menggunakan pendekatan CTL bagi siswa kelas III SD YPKK UNP.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
penelitian tindakan kelas ini terbukti bahwa penggunaan pendekatan CTL dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar
bernyanyi siswa kelas III SD YPKK UNP dengan simpulan sebagai berikut:
1. Peningakatan Proses
Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan CTL
a. Tahap kegiatan awal
Kegiatan
membangkitkan skemata, tanya jawab, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
mendengarkan lagu model terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran pada
tahap kegiatan awal pembelajaran. Hal ini diindikasikan dengan terbentuknya
pengetahuan yang didapatkan oleh siswa dengan mengaitkan pengalaman yang
dialami siswa pada kehidupan sehari-hari dengan pengalaman bernyanyi yang
dilakukan siswa di sekolah. Pada tahap ini terlihat motivasi siswa meningkat,
apalagi ketika diperdengarkan lagu model yang mereka sukai. Siswa tidak ragu-ragu dalam kegiatan
bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Kondisi ini berpengaruh pada tahap
kegiatan inti pembelajaran. Siswa lebih mudah menemukan konsep bernyanyi dengan
bantuan media pembelajaran, alat musik sederhana seperti pianika dan kegiatan
tanya jawab yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena siswa telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman tentang bernyanyi yang dikaitkan dengan topik
pelajaran yang dibicarakan pada tahap kegiatan inti.
b. Tahap Kegiatan Inti
Kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan pada tahap kegiatan inti dengan menggunakan
komponen-komponen CTL yang mengacu pada karakteristik langkah-langkah
pembelajaran bernyanyi terbukti berhasil. Peningkatan proses pembelajaran
bernyanyi siswa tersebut tidak saja tergambar dari penggunanaan
komponen-komponen CTL akan tetapi peningkatan juga tergambar pada proses
latihan pemanasan (warming up),
penggunaan alat musik sederhana untuk membantu membentuk efek rasa siswa dalam
menemukan dan menangkap nada dengan tepat, sehingga memudahkan siswa dalam
menyanyikan lagu dengan nada, irama, tempo, dan ekspresi yang tepat dan benar.
Sehingga siswa dapat menemukan dan mengkonstruk pengetahuan mereka dalam
bernyanyi.
c. Tahap Kegiatan Akhir
Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pada tahap kegiatan akhir dengan menggunakan
pendekatan CTL terbukti berhasil. Hal ini dapat diindikasikan dengan
peningkatan dalam penyimpulan pembelajaran. Kegiatan menyimpulkan pembelajaran
akan lebih berarti jika siswa diberikan kesempatan untuk merefleksi
pembelajaran. Pada bagian lain kegiatan menyimpulkan pembelajaran juga dapat
dilakukan dengan kegiatan diskusi. Guru menempatkan dirinya sebagai pembimbing
atau moderator dalam diskusi. Sehingga siswa dapat berinteraksi dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki sewaktu pembelajaran
berlangsung. Hal ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung dan
mengingat kembali apa yang telah mereka alami dan apa yang telah mereka
pelajari.
2.
Hasil Belajar Bernyanyi
Penggunaan penilaian proses dan penilaian penampilan
bernyanyi untuk mendapatkan penilaian akhir siswa terbukti dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan peningkatan. Hal ini
disimpulkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang rekapitulasi
penilaian bernyanyi siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil belajar siklus I
diperoleh dengan skor 68,3 (berada di bawah standar ketuntasan yang ditetapkan
sekolah), sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor
79,3.
F. Saran
Berdasarkan
simpulan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran dalam rangka
meningkatkan proses dan hasil belajar bernyanyi dengan menggunakan pendekatan
CTL bagi siswa, diharapkan kepada:
1.
Guru-guru
agar menggunakan pendekatan CTL pada proses pembelajaran bernyanyi dan mengakomodir
karakteristik bernyanyi siswa kelas III SD, serta melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
2.
Kepala
sekolah, disarankan agar memotivasi guru-guru untuk menggunakan pendekatan CTL
dalam pembelajan terutama pembelajaran bernyanyi.
Daftar Rujukan
Depdiknas. 2005. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta
------- 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
Jakarta: Puskur
------- 2007. Model
Penilaian Kelas (SD/MI/SDLB). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
------- 2009. Panduan Teknis Festival Kompetensi dan
Kreativitas Siswa Sekolah Dasar Tingkat Nasional. Jakarta
E. Mulyasa. 2007. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan; Suatu Panduan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Jamalus. 1988. Pengajaran
Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti,
PPLPTK
Jamalus dan Hamzah Busroh. 1991.
Pendidikan Kesenian I (Musik). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Johnson, Elaine B. Pengantar
A. Chaedar Alwasiah. 2007. Contextual Teaching and Learning; Menjadikan
Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan Bermakna Diterjemahkan oleh Ibnu
Setiawan. Bandung: MLC
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: UM Press
Rose, Colin and Malcolm. J. 1997. Accelerated
Learning for the 21st Century. Diterjemahkan oleh Dedy Ahimsa.
2002. Accelerated Learnig for the 21 th
Century; Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa
Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, dan Supardi. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta Bumi Aksara
Syafii, Tedjo Djatmiko dan
Agus Cahyono. 1999. Materi
Pembelajaran Kertakes SD; PGSD4406/3SKS/Modul
1-9. Jakarta: Universitas Terbuka
Oemar Hamalik. 2006. Pendidikan
Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara
Undang-undang Tentang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1
Winkel, W.S.
1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Grafindo

Tidak ada komentar:
Posting Komentar